Beranda | Artikel
Tanya Jawab Seputar Surat al-Fatihah
Rabu, 18 Maret 2009

Bersama Syaikh Mushthafa al-Adawi
Bagian Pertama

Diterjemahkan secara bebas dari
at-Tas-hil li Ta’wil at-Tanzil, at-Tafsir fi Su’al wa Jawab
Juz 1, halaman 12-142

Tanya :
Surat al-Fatihah itu Makiyah atau Madaniyah, lalu apakah dalilnya?

Jawab :
Surat al-Fatihah adalah surat Makiyah menurut pendapat yang kuat di antara pendapat ahli ilmu. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala (yang artinya), “Sungguh Kami telah memberikan kepadamu tujuh ayat yang diulang-ulang dan sebuah al-Qur’an/bacaan yang sangat agung.” (QS. al-Hijr : 87). Ayat ini terdapat di dalam surat al-Hijr, sedangkan surat al-Hijr adalah surat Makiyah berdasarkan ijma’ (sebagaimana dinukil oleh al-Qurthubi). Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri pun telah menafsirkan bahwa tujuh ayat yang diulang-ulang dan al-Qur’an yang agung itu sebagai surat al-Fatihah (HR. Bukhari). Demikian pula shalat diwajibkan di Mekah, sedangkan Nabi ‘alaihish sholatu was salam bersabda, “Tidak sah sholat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab/surat al-Fatihah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Tanya :
Bisakah anda sebutkan sebagian nama yang dipakai untuk menyebut surat al-Fatihah?

Jawab :
Sebagian di antara nama-nama tersebut adalah :

  • Fatihatul kitab, penamaan ini tidak diperselisihkan di kalangan ulama dikarenakan al-Kitab/al-Qur’an memang dimulai dengannya, dan juga berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidak sah sholat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab/surat al-Fatihah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
  • Ummul Kitab, hal itu sebagaimana disebutkan di dalam hadits Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu’anhu, yang di dalamnya dia mengatakan, “… Dan tidaklah aku meruqyah melainkan dengan membaca Ummul Kitab.” (HR. Bukhari dan Muslim)
  • Ummul Qur’an, hal itu berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ummul Qur’an itu adalah sab’ul matsani -tujuh ayat yang selalu diulang-ulang- dan al-Qur’an yang agung yang dianugerahkan kepadaku.” (HR. Bukhari)
  • al-Hamdu atau alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, hal itu berdasarkan ucapan Anas, “Aku pernah shalat di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan Umar. Mereka dahulu selalu membuka bacaan shalat dengan alhamdulillahi Rabbil ‘alamin.” (HR. Bukhari dan Muslim) [Namun dalam menafsirkan ungkapan ‘alhamdulillah’ di sini ulama berbeda pendapat, ada yang mengatakan bahwa maksudnya adalah bacaan alhamdulillah, bukan nama bagi surat al-Fatihah, lihat Shahih Muslim cet Darul Kutub Ilmiyah 1427 H, hal. 156. pent]
  • as-Shalah, hal itu berdasarkan hadits qudsi, “Aku membagi ‘shalat’ menjadi dua bagian antara Aku dengan hamba-Ku. Dan hamba-Ku akan mendapat apa yang dimintanya. Apabila hamba itu mengatakan, ‘Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin’ maka Allah ta’ala mengatakan, ‘Hamba-Ku memuji-Ku.’…” (HR. Muslim)
  • as-Sab’ul Matsani wal Qur’an al-‘Azhim, hal itu berdasarkan hadits yang telah disebutkan di atas (HR. Bukhari)
  • ar-Ruqyah, karena Abu Sa’id dahulu pernah meruqyah dengannya
  • as-Syafiyah, sebab orang yang terkena sengatan binatang berbisa bisa sembuh dengan membacanya dengan izin Allah tentunya
  • Dan lain sebagainya, wallahu a’lam.

Tanya :
Bolehkah mengunggulkan sebagian surat dalam al-Qur’an di atas sebagian surat yang lain? Sebutkanlah dengan ringkas -pembahasan panjang lebar akan ada tempatnya tersendiri insya Allah- dalil yang menunjukkan atasnya. Demikian juga, bolehkah mengunggulkan sebagian ayat di atas sebagian ayat yang lain?

Jawab :
Benar, boleh mengunggulkan sebagian surat al-Qur’an di atas sebagian yang lain. Hal itu berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Abu Sa’id bin al-Mu’alla, “Aku benar-benar akan memberikan kepadamu surat yang paling agung di dalam al-Qur’an.” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengabarkan kepadanya bahwa itu adalah surat al-Fatihah (HR. Bukhari).

Selain itu, juga berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang surat Qul huwallahu ahad yang menyatakan, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya. Sesungguhnya surat itu sebanding dengan sepertiga al-Qur’an.” (HR. Bukhari dari hadits Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu’anhu)

Adapun tentang ayat-ayatnya, maka boleh pula mengunggulkan sebagian ayat di atas sebagian yang lain. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Ubay bin Ka’ab radhiyallahu’anhu, “Wahai Abul Mundzir, tahukah kamu manakah ayat yang paling agung di dalam Kitabullah yang ada bersamamu?”. Dia menjawab, “Aku katakan; ‘Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qayyum.” (QS. al-Baqarah : 255). -ayaitu ayat Kursi-, kemudian dia mengatakan, “Maka beliau pun menepuk dadaku seraya mengatakan, “Sungguh ilmu telah engkau serap dengan baik, wahai Abul Mundzir!”. (HR. Muslim dari Ubay bin Ka’ab radhiyallahu’anhu).

Bersambung insya Allah…


Artikel asli: http://abumushlih.com/tanya-jawab-seputar-surat-al-fatihah.html/